12 Jul 2017

BUKAN BANGSA TEMPE


Catatankita.com - Meski jadi negara pengkonsumsi kedelai terbesar di dunia, namun ironinya kebutuhan kedelai Indonesia bergantung dari impor. Setiap tahun, rata-rata angka impor kedelai di atas 2 juta ton, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat (AS). Direktur Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian (Kementan), Dwi Iswari, mengatakan untuk tahun 2016 ini sebanyak 68% kebutuhan kedelai ini dipasok dari impor. Padahal, kedelai adalah bahan baku untuk produk panganan asli Indonesia yakni tempe.

"Kedelai untuk impor saja sekarang masih 68% dari total kebutuhan. Kebutuhan kita setiap tahun 2,7 juta ton, sementara jumlah produksi baru 885.000 ton, impornya 1,8 juta ton," ujar Dwi di seminar Tantangan dan Peluang Agribisnis 2017 di Hotel Santika, Jakarta, Kamis (15/12/2016). Lantaran kecilnya produksi kedelai dalam negeri serta keterbatasan anggaran, Kementan sendiri saat ini baru fokus pada 2 tanaman pangan pokok lainnya yakni beras dan jagung. "Jadi kita harus hilangkan kata le (kedelai) dulu dalam program swasembada pajale (padi jagung kedelai), karena yang kedelai ini masih lama swasembadanya. Karena impornya saja masih 68%, sementara paja (padi kedelai) dulu," jelas Dwi.

"Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2,5 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita." Demikian pidato Presiden Soekarno yang menegaskan bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang lembek seperti tempe. Pada masa revolusi kata 'tempe' memang kerap diidentikan dengan hal-hal negatif seperti cengeng, mudah menyerah atau lembek. Maka sindiran seperti 'mental tempe', 'pasukan tempe' atau 'pemuda kelas tempe' dipakai untuk meledek mereka yang dianggap lemah.

Tempe juga diidentikan dengan makanan murah dan merakyat. Tempe merupakan makanan asli Indonesia yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16. Walau murah dan dipandang sebelah mata, adalah tempe yang menyelamatkan jutaan rakyat Indonesia dari penyakit kurang gizi dan busung lapar tahun 1945-hingga akhir 1960an. Kalau tidak ada tempe, saat ekonomi Indonesia benar-benar terpuruk, entah berapa juta anak yang terlahir kurang gizi. Sebelumnya, tempe juga menyelamatkan tahanan perang dunia II yang ditawan Jepang. Cukup besar jasa makanan yang terbuat dari fermentasi kedelai ini. Selayaknya tempe yang berbahan baku kedelai bisa menjadi ikon bagi Indonesia, yang terpenting kedelainya tidak impor dan murni hasil bumi nusantara sendiri. Inilah hal membanggakan dari negeri kita agar kelak “bangsa tempe” mampu berdikari dan berdaulat atas pangan. SALAM TEMPE !

catatankita, catatan aku, catatan kamu, untuk kita semua

Jangan Lupa Komentar Anda :