13 Jul 2017

BANGUN PANCASILA


Catatankita.com - Huruf, mengombinasi mewujud kata lalu berderet rapi mengarti kalimat. Huruf, kata dan kalimat adalah manifesto imaji dan kehendak manusia. Kemudian, kehendak-lah yang menekan tombol perintah pada jasad, mengkonversi huruf, kata dan kalimat menjadi perbuatan. Dalam “bahasa” Newton, transformasi imaji-kehendak menjadi perbuatan adalah bentuk perjalanan atau perubahan energi. Dalam terma arsitektur, kata-huruf-kalimat adalah desain bangunan dan perbuatan adalah bentuk fisik bangunan.

Bagian “antara” imaji-kehendak, huruf-kata-kalimat dan perbutan disebut proses. Aliran energi selama proses imaji-kehendak menjadi huruf-kata-kalimat dan huruf-kata-kalimat mewujud perbuatan tidak akan pernah sempurna. Analog dengan persamaan gas “ideal” (PV = nRT) dalam ilmu kimia yang tidak benar-benar ideal atau perubahan energi listrik menjadi energi cahaya pada lampu, yang sebagian energi listriknya ter”buang” menjadi energi panas. Begitu sunnatullah, -format baku-, kehidupan. Usaha kita sebagai manusia hanya mengupayakan agar (sedapat mungkin) imaji-kehendak, huruf-kata-kalimat dan perbuatan berimpit sempurna. Itulah sebabnya ada adigium yang berbunyi “tidak ada manusia yang sempurna, nobody perfect.

Pancasila adalah salah satu bentuk dari rangkaian imaji, huruf-kata-kalimat dan perbuatan. Kata Pancasila tidak bisa lepaskan dari penemunya, Bung Karno, Bapak Revolusi Indonesia. Meskipun kata Pancasila bukan manivesto imaji-kehendak Bung Karno semata, kalimat dalam 5 sila Pancasila “berhasil” menampung dan merepsentasikan imaji-kehendak 80 juta manusia saat itu hingga melahirkan nation-state berasma Indonesia. Lebih lanjut, sila-sila dalam Pancasila secara konsisten tergambar via tingkah pola beliau hingga wafat. Pada diri Bung Karno, bagian “antara” atau proses sangat kecil, tidak banyak energi yang terbuang atau meminjam istilah Buya HAMKA, “sempurnanya iman perjuangan adalah samanya maksud, lisan dan perbuatan”.

Akan tetapi, “iman” Pancasila terlanjur meninggalkan residu atau karma. Oleh Soekarno, Pancasila telah menjadi “bangunan” bagi 80 juta manusia cut off 1 Juni 1945 atau 260 juta manusia cut off 1 Juni 2017. Sebenarnya, rancangan atau desain “bangunan” Pancasila telah dimulai oleh Bung Hatta, konco-matenya Bung Karno. Para intelektual di jamannya menggelari Bung Karno sebagai “langit”nya Pancasila dan Bung Hatta sebagai “bumi”nya Pancasila. Itu pula alasan keduanya disebut dwitunggal. Namun, takdir berkata lain. Hingga akhir hayatnya, Bung Hatta belum berhasil menyelesaikan rancangan/ desain utuh Pancasila.

Saat Soeharto naik tahta dan menanggung imaji-kehendak Pancasila 100 juta manusia Indonesia, huruf-kata-kalimat atau “desain” dan perbuatan atau “bangunan” Pancasila belum mampu menampung atau mewadahi imaji-kehendak setiap manusia yang berhimpun di bawah panji Indonesia. Situasi ini terus bertahan meskipun berganti wajah, otoriter-demokratis-liberal hingga kini. Oleh sebab itu, tak perlu sedih dan panik jika generasi gadget merasa asing dan skeptis terhadap “rancangan” dan “bangunan” Pancasila. Tidak ada yang salah dengan Pancasila. Pancasila masih tetap sebagai imaji-kehendak 260 juta manusia Indonesia. kita hanya frustasi menanti kapan kalimat Pancasila menjadi buku atau “desain” lengkap ditambah bukti fisik bahwa fondasi “bangunan” Pancasila benar-benar mulai dibangun mengelilingi Sabang-Merauke dan Rote-Mianggas.

Saya percaya (dalam sekup makhluk), energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Ruh Bung Karno, Bung Hatta dan para founding fathers telah kembali kepada Tuhan dan jasad pinjaman telah dikembalikan ke alam. Namun, energi imaji-kehendak mereka akan terus mencari jasad hingga imaji-kehendak, kata dan perbuatan Pancasila 260 juta manusia Indonesia mewujud. Mungkinkah? Jelas mungkin. Karena sejatinya, ketidakmungkinan adalah kemungkinan yang belum dilampaui oleh manusia. Selama kita masih memelihara imaji-kehendak (harapan) Pancasila, pasti ada jalan (saluran) energi Pancasila. Saya percaya, di salah satu sudut negeri ini, pasti ada manusia yang akan menerima amanah ini. Dan suatu saat nanti tinggal menunggu waktu! NKRI menjadi Mercusuar Dunia.

catatankita, catatan aku, catatan kamu, untuk kita semua

Jangan Lupa Komentar Anda :