19 Jul 2017

Kota Wisata Batu Destinasi yang Terus Berbenah


Catatankita.com - Kota Batu yang selama ini menyatakan diri sebagai kota wisata, cukup berbenah dalam berbagai sektor baik tempat ataupun pelayanannya. Tempat wisata yang dikelola pihak swasta, terlihat banyak pengunjungnya. Tiket masuk yang area wisata tersebut boleh dibilang tidak murah, tetap saja banyak peminatnya. Harga tiket yang tidak murah itu ternyata sebanding dengan fasilitas yang diberikannya. Pengunjung cukup puas apa yang disajikan pengelola itu. Tempatnya begitu nyaman, modern, bersih, serta banyak menampilkan ruang untuk ber-narsisria.

Cukup banyak destinasi wisata di Batu yang dikelola dengan baik, sebagai kota kecil –Batu- urusan kemodernannya tidak kalah dengan kota besar lainnya. Sebagai contoh wahana di Jatim Park 1 tidak kalah dengan Dufan yang ada di Ancol Jakarta. Kesan yang sama juga ditemukan di tempat yang lain (masih di Batu) seperti Jatim Park 2 (Museum Satwa dan Batu Secret Zoo), Museum Angkot serta yang lainya.

Di lain sisi ada wisata yang mengandalkan keindahan alam ternyata tidak banyak peminat, padahal tiket yang ditarik cukup terjangkau (bekisar 10 ribu sampai 30 ribu). Jika harus menyatakan alasan, maka jawaban sederhananya adalah karena pengelolaannya kurang baik kalau tidak mau disebut asal-asalan. Kita dapat merasakan sendiri fasilitas yang diberikan kurang memberikan rasa nyaman: toilet yang kurang terawat, jalan banyak rusak, sampah berserakan, banyaknya pedagang yang tidak tertata, serta kondisi yang kurang mengenakkan lainnya. Cukup bisa ditebak yang kurang dalam pelayanan itu –biasanya- dikelola oleh unsur pemerintah.

Jika pariwisata ingin dijadikan industri, maka dalam pengelolaannya sah-sah saja jika ingin meraup untung. Toh hal itu juga dilepas melalui mekanisme pasar. Masyarakat (bawa: wisatawan) tentu akan memilih fasilitas yang baik terutama dalam kenyamanan. Bukankah tujuan berwisata pada dasarnya untuk menghilangkan penat serta bersenang-senang, urusan biaya –kadang- menjadi urusan belakangan.

"Di Kota Batu, 80 persen penduduk adalah petani. Dalam waktu 14 tahun, sejak wali kota pertama mencanangkan Kota Batu sebagai kota wisata religi dan wali kota ketiga menetapkan Batu Kota Wisata, pola pikir pertanian itu berubah dan kini sebagai pelaku usaha jasa wisata dan pemilik obyek wisata.

Dari sektor andalan pariwisata tersebut, Pemkot Batu pada 2015 mampu mengisi kas daerah melalui APBD sebesar Rp 725 miliar dan Rp 580 miliar di antaranya berasal dari pajak industri pariwisata. Pada APBD 2016, Pemkot Batu memasang target pendapatan Rp 1 triliun yang 75 - 80% berasal dari sektor pariwisata. Pariwisata yang menjadi andalan Kota Batu dapat menyerap banyak tenaga kerja, terutama yang masuk ke destinasi baru. Dari usaha jasa pariwisata sendiri, seperti destinasi Jatim Park, dapat memberikan beasiswa bagi anak-anak keluarga tidak mampu dan destinasi petik buah apel diarahkan untuk mengembangkan pertanian berbasis organik.

Sebagai kota wisata, Kota Batu telah menjadi ikon bagi Jawa Timur dan Indonesia, selayaknya wisata tak hanya yang “itu-itu saja”. wisata tak hanya sekedar hiburan saja tapi juga meliputi kehidupan didalamnya. Wisata juga ada di pasar,tempat-tempat ibadah,sarana olahraga,terminal dan sarana-sarana lainnya yang bisa dijadikan “obyek wisata”. begitupula dengan kegiatan didalamnya, hingga setiap sendi kehidupan menjadi satu keunikan yang menyedot perhatian wisatawan. Ditambah dengan suasana pegunungan dan hawa yang sejuk menjadikan Kota Wisata Batu sebagai salah satu destinasi yang terus berbenah dan dapat mengemasnya dengan baik, bagaimana dengan kota lainnya? tentu semua bisa karena setiap jengkal wilayah tanah air adalah destinasi dunia.

catatankita, catatan aku, catatan kamu, untuk kita semua

Jangan Lupa Komentar Anda :